Rabu, 20 Juli 2011

Bersama Cibs

Selasa malam, 12 April 2011.

Seperti biasa kutengok fb sejenak. Berniat melihat notif dan komen yg masuk. Eh, ada komen Si Cibs. Hehee. Saudariku tuh! *nyengir*

Cibs: Ci, ada something mau sy cerita. Kpn bisa ketemu? Besok bisa?

Ci: Cerita apa nih? Kyakx penting skali? Hihi. Jam brapa ukhti?

Cibs: Terserah kita.. Iye sy butuh pendengar.

Ci: Ke rumah maq besok ukh. Gimana?

Cibs: Iye

Ci: Ok. Sa tunggu.

Yeah! Bsk Hikmah ke rumah. :D

Rabu, 13 April 2011.

Kunanti kedatangannya. Jam 10 hpku berdering. Telpon dari Si Cibs. "Ci, makanka dulu baru berangkat nah!", sahutnya di sebrang sana. Hehe. Ok. ;)

Menit berikutnya, hpku berdering lagi. Si Cibs nelpon. "Ci, hampirma nyampe.", jawabnya singkat. Hehee. Ok lagi. Segera kuambil jilbab dan kaos kakiku. Kukenakan. Baru beranjak keluar kamar, Ibu memanggil, "Ci, adami temanmu, Nak."

Wah, Si Cibs jalannya cepat juga yah? Rumahku kan punya 3 belokan baru nyampe. Kanan-kiri-kanan. Hehee.

Kami cerita banyak hal. Segera kutagih apa yg ingin Cibs bagi untukku. "Sebentarpi deh.", jawabnya singkat. Okelah. (lagi-lagi kugunakan kata ok ) :D

Oiah, saya dibawakan novel. Tau ajaa apa yg kusuka. <senyum> Ranah 3 Warna, Neng! Novel yg sempat kuidamkan. Terima kasih Cibs sudah berbaik hati meminjamkannya untukku. (senyum lagi)</senyum>

Banyak yg kami lakukan. Itu menyenangkan. :D Ba'da dhuhur, Si Cibs cerita. Cerita sesuatu. *lah, jelas iyah, tapi apa?* hehee. Ssstt. Yang satu ini RAHASIA. :) Maaf, tak bisa kubagi.

Sorenya, kami jadi Chef. Mari buat nasgor, nasi goreng Ala Chef Ci dan Cibs! *saya mah ndag jago masak* Tapi itu bukan masalah, ada Ibu yg memberi instruksi. Hehe. Sebenarnya, saya tahu masak nasgor, tapi sudah lupa. Jarang buatnya. Ada adik yg lebih jago. Eh, eh, tapi, tapi.. Saya mau belajar kok! (cengengesan)
_

Ibu bilang, "Bermalammi, Nak." tentunya kalimat itu dilontarkan buat Si Cibs. Saya juga turut membujuk. "Ayolah Cibs. Yah? Bermalam saja yah?" hehee. Si Cibs mikir, "Ok. Sa sms dlu org rumah." Yeah! Izinnya dapat. Dengan syarat, besok pulangnya harus pagi. Jiah. Biarlah. Yg penting Si Cibs nginap. Kapan lagi coba? (sayang Cibs)

Malamnya, saya menyadari satu hal. Ini karena ketidaktahuanku tentang beberapa hal. Mengapa saya memilih jalan ini? Kosong. Pasif. Ah. Selama ini saya kurang kritis mengenai *am*a* ini. Mungkinkah hanya saya? Bagaimana jika teman yg lain tak jauh beda denganku? Wah, parah. Subhanallah, Allah mengirimkanku teman yg kritis, yg punya rasa ingin tahu tentang banyak hal. Jadilah saya diceritakan banyak hal. Saya jadi bersemangat! Mencoba menyenangi sesuatu yg dulu kuabaikan begitu saja. Akan kuubah kata tidak tertarik menjadi tertarik. Tertarik memikirkannya. Buang kata tidak! Yah, harus bisa, Ci. :)

#Mari Tidur.

Subuh-subuh buta, (ingin kedip2 k Cibs dgn kalimat yg bru saja kugunakan hehe) nah, lanjut. Subuh-subuh buta, kuajak Si Cibs berkeliling desa samping kompleks dengan menggunakan sepeda. Masih gelap. Udara pagi mengelus ubun-ubun. Mengedarkan hawa sejuk hingga sanubari. Damai. Kuayunkan kaki dengan pedal sepeda, bersama Si Cibs menelusuri jalan sepi yang tenang. Kanan-kiri bahu jalan adalah hamparan padi yg masih hijau. Indah.

Asli hijau, beda dengan kompleks rumahku yg padat rumah.

Jam 8 lewat, Si Cibs pamit. Yaaah. "Kenapa cepat skali mau pulang?", tanyaku dengan logat Makassar. Si Cibs bilang, "Iye, mau kukerja LPJku." Hmm. Iya Cibs. Mari kuantar! (senyum lagi)

Si Cibs tahu ajaa, saya mau naik Si Mio Putih. Tahu-tahu bilang, "Jalanma deh keluar." Hehee. "Iyah, jalan maki' pade, samaki', hehe.", sahutku menimpali.

Sampai di jembatan kompleks, pete-pete merah sudah terlihat di ujung jalan. Jadilah Si Cibs pulang. "Hati-hati ukhti, daaah." Kulambaikan tangan buat Si Cibs setelah bersalaman dan cipika-cipiki terlebih dulu. (jangan iri yah)

Terima kasih Cibs, sudah meluangkan waktu untukku. :D (sayang Cibs)

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...