Sabtu, 02 Juli 2011

^Saatnya Meraih Mimpi^

Hari ini seragam putih abu-abu resmi kami tanggalkan. Kami siap meraih mimpi-mimpi yang telah kami rangkai. Setelah acara perpisahan usai, Fita, Ifah, Rani, Kiyah, dan Arli membahas mengenai rencana mereka melanjutkan kuliah di taman sekolah.
Fita     :   Kawan, tidak terasa kita sudah lulus, saatnya kita menentukan jalan masing-masing. Jalan menuju kesuksesan tentunya. Bukankah begitu?
Rani    :   Setuju! Meski kita tidak sekelas lagi, kita akan tetap menjadi saudara kan? Kata Pak Guru, “Di manapun kalian berada, kalian akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yang hilang dan pergi dari hati.”
Kiyah   :   Tentunya sobat! Mau tidak mau kita harus berpisah. Bukankah untuk mencapai sesuatu memang diperlukan sebuah perjuangan? Pendidikan akan membuat kita menjadi orang. Kita masih bisa berhubungan kok. Tenang aja!
Ifah     :   Pastinya kawan! Eh, kalian mau lanjut di mana nih? Kalau aku, Insya Allah ngambil jalur PMDK yang di UI, jurusan Biologi.
Fita     :   Wah, wah, wah.. Bagus dong! Jadi lanjut ke Harvard nantinya? Semangat ya. Kamu harus bisa seperti Arai Sang Pemimpi yang tidak pernah patah semangat dalam meraih mimpi. Karena tanpa semangat dan harapan, orang seperti kita ini akan mati. (bergaya ala Arai)
Kiyah   :   kita bakal punya sahabat yang ahli Biologi nih. Professor Ifah. Hahahah… (tertawa terbahak-bahak)
Rani    :  Hussss! Ketawanya jangan keras-keras Kiy.. Ingat adab sopan santun, suara kan aurat! Hihihi… (tertawa kecil sambil melirik ke arah  Kiyah)
Ifah     :   Insya Allah studi tetap lanjut hingga ke Harvard, biar bisa jadi ahli Biologi seperti yang dikatakan Kiyah. Semangat kawan!
Arli      :   Yup, semangat! Semoga apa yang Ifah cita-citakan bisa diraih dengan perjuangan tentunya. Hehehe… Saudara, saya mau ikut tes masuk STAN nih, doain ya moga lulus tesnya! Pilihan kedua sih, lanjut di UNHAS saja, jurusan Ekonomi. Saya ingin seperti Ibu Mulyani. Hehehe…
Fita, Rani, Kiyah, dan Ifah  :  Amin… Doa kami menyertaimu sobat!
Kiyah   :   Mari kobarkan semangat juang kita! (tersenyum jahil)
Fita     :  Yuuuk, mari. Sukses ya Li.. Semoga kelak bisa menjadi Menkeu RI yang jujur dan bertanggungjawab. Amin.
Ifah     :   We can do it. Ganbatte kudasai!
Rani    :  Hwaiting! Sugohaseyo… Kalau Ifah ingin lanjut di UI dan Arli ingin lanjut di STAN atau UNHAS, aku lain lagi. Aku ingin ke Madinah, ngambil ilmu syar’i. Cita-citaku tinggi banget ya? Tapi aku yakin tidak ada yang tidak mungkin jika Allah SWT menghendaki. Takbir yook, ALLAHU AKBAR! (mengepalkan tangan)
Ifah, Fita, Kiyah, dan Arli  :  ALLAHU AKBAR! (tersenyum ke arah Rani)
Arli     :   Semoga Rani bisa ke Madinah, Amin. Wah, temanku yang stu ini perginya jauh banget. Tapi tidak apalah, aku kan selalu mendukungmu saudara! Allah tidak pernah salah menilai usaha dan perjuangan hamba-hambaNya. Salam meraih mimpi!
Kiyah  :   Mari kita bangun Indonesia cendikia dengan tangan-tangan kita. Untuk meraih itu, kita harus bersungguh-sungguh dalam meraih cita. Jadi, mulai sekarang kita harus fokus pada apa yang ingin kita raih, jangan sampai kita salah memilih dalam hal pendidikan.
Ifah    :   Betul itu. Tapi kita harus ingat bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan oleh pemiliknya. Jadi, percuma kita memiliki ilmu yang tinggi jika kita tidak pernah menyampaikannya ke orang lain.
Fita    :  Ya, memang seharusnya seperti itu bukan? Ran, cita-citamu sungguh mulia! Aku salut padamu. Sukses ya kawan! Oia, aku rencana mau masuk FK UGM nih. Dari dulu kan aku inginnya jadi dokter, tepatnya menjadi seorang dokter ahli bedah.
Kiyah  :   Menjadi seorang dokter juga tugas mulia Fit. Tapi jangan lupa diri ya. Nilai-nilai kemanusian harus tetap kita junjung. Aku prihatin dengan instalasi kesehatan di Negara kita ini. Nilai-nilai kemanusiaan kini mulai terabaikan dan adanya determinasi antara golongan atas dan golongan bawah.
Fita    :  Tentu Kiy, menurut buku Livor Mortis yang pernah aku baca juga mengarah ke situ. Ketidakadilan kini telah merebak di Negara kita, bukan hanya pada instalasi kesehatan, instalasi lainnya pun tak jauh beda. Jadi, tugas kita adalah merubah tradisi yang telah membudaya ini.
Arli    :   Ya, ya, ya. Kipon Hamasah Fit. Mimpi akan memberikan kekuatan positif untuk mengejar apa yang kita inginkan. Jangan pernah berhenti untuk melangkah.
Ifah   :   Pilihan ada di tangan kita. Kita ingin menjadi orang yang luar biasa atau orang yang biasa-biasa saja. Jadi, pandanglah ke depan. Kita punya masa depan yang cerah. Senyum! (tersenyum manis) Kalau Kiyah mau lanjut di mana?
Kiyah :   Hmmm… Aku ingin ngambil jurusan Farmasi UNHAS. Cita-citaku adalah menjadi seorang apoteker professional. Ingin membangun sebuah APOTIK besar dan terlengkap yang ada di Indonesia. Bukan hanya obat-obatan kimia, tapi juga obat-obatan herbal yang alami. Doain aku juga ya…
Fit     :  Amin. If you wanna big, think big! Itu kalimat motivasi yang cukup mendongkrak semangatku. Kini saatnya kita melangkah tak beriringan dalam meraih harapan dan cita kita. Kita tidak boleh PESIMIS dalam meraih semua ini, kita harus OPTIMIS. Allah Azza wa Jalla selalu bersama kita.
Rani  :  Yaa, cerdas itu bukan bawaan lahir, tetapi cerdas adalah bentukan zaman yang akan membentuk sebuah peradaban. Mari menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan terdidik.
Ifah   :  Saya setuju dengan kalian! Kawan, saatnya kita berpisah. Suatu saat nanti, kita akan bertemu kembali dengan menggenggam mimpi-mimpi kita ini. Jangan lupa saling mengabari satu sama lain ya!
Arli, Rani, Fita dan Kiyah   :   Siiiip….!
Hati mereka telah lama menyatu dalam tali kisah persahabatan Ilahi, meski mereka terpisah jarak, namun mereka akan selalu di hati. Mereka adalah sosok-sosok orang yang luar biasa. Mereka akan terus belajar, belajar, dan belajar. Pendidikan baginya adalah suatu kewajiban. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...